Rabu, 12 Desember 2012



Sabda Rasul shallallhu ‘alaihi wasaalam :
“Malu dan Iman itu bergandengan bersama, bila salah satunya di angkat maka yang lainpun akan terangkat.”
(HR. Al-Hakim).
*
Rasa malu hati merupakan sebuah rasa hati (emosi) yang penting dalam evolusi manusia (Haidt, J., & Keltner, D. (1999)
*



Rasa malu adalah sifat alami setiap manusia. Ia akan muncul dengan sendirinya (secara alami) atau ketika seseorang dihadapkan pada kondisi-kondisi tertentu yang mempengaruhi emosi.
Rasa malu merupakan sebuah emosi yang unik. Pada umumnya, rasa malu timbul sebagai ekspresi perasaan “kecil” . Hal ini bisa terjadi ketika seseorang berhadapan dengan pihak yang status sosialnya dianggap lebih tinggi.
Selain itu, rasa malu juga sering dikaitkan dengan ‘rasa penyesalan’, ‘rasa bersalah’ dan ‘perasaan dicemooh’. Perasaan bersalah  atau penyesalan terekspersikan sebagai rasa malu dikarenakan kesadaran telah bersalah terkait dengan ‘rasa sedih’ oleh rasa penyesalan. Puncak ekspose dari emosi ini adalah ‘pengakuan’ bahwa subyek telah melakukan kesalahan. Pengakuan oleh subyek akan membuatnya terlepas dari “rasa malu hati” tersebut . (Widen, S. C., Christy, A. M., Hewett, K., & Russel, J. (2011).
Tentang ‘rasa malu’ dalam hubungannya dengan dengan ‘perasaan bersalah’, beberapa peristiwa yang terjadi di Indonesia bebrapa waktu terakhir rasanya menarik untuk dibahas.

MASIH ADAKAH RASA MALU DALAM DIRI KITA ?


1.  MUNDUR DENGAN PEDE, DARI PADA -MALU- MENJADI BEBAN
Seperti itu mungkin yang dirasakan oleh Andi Alifian Mallarangeng, Mantan Mentri Pemuda dan Olahraga, sekaligus Sekretaris Dewan Pembina Partai Demokrat, setelah ditetapkan sebagai tersangka oleh Komisi Pemberantasan Korupsi terkait Kasus Mega Proyek Hambalang (Jum’at, 7 Desember 2012)
Ironis memang, sebelum kasus ini menjeratnya, mantan Juru Bicara Presiden SBY itu pernah terlibat dalam sebuah iklan yang dibuat oleh Partai Demokrat dalam upaya memerangi Korupsi.
“Katakan TIDAK! Untuk KORUPSI!”
Kira-kira seperti itulah pesan yang ingin disampaikan oleh Bang Andi CS, termasuk Anggelina Sondakh, yang telah ditetapkan sebagai tersangka dalam kasus yang sama.
Dan terbukti, meski banyak yang mengecam, tidak sedikit pula yang menyampaikan simpati dan menyebut langkah itu sebagai tindakan ‘ksatria’ ???

2.    SAYA GANTENG. SAYA BUPATI. SAYA PUNYA DUIT BANYAK.
TIDAK PUNYA MALU.  Begitulah bunyi salah satu poster yang dibawa warga Kabupaten Garut saat melakukan unjuk rasa menuntut Bupatinya mundur.
Aceng HM Fikri. Namanya belakangan ini sedemikian sering disebut, terkait peristiwa nikah siri-kilatnya yang hanya berangsung 4 hari (16-19 Juli 2012) dengan gadis dibawah umur berinisial FO.
Setelah ulahnya diketahui publik, Orang Nomer 1 di Kabupaten Garut itu tidak lantas merasa malu dan bersalah. Justru dalam salah satu wawancara dengan media, Bupati berusia 47 tahun itu dengan rasa pede tingkat tinggi mengatakan “… Saya ganteng… saya Bupati… saya punya duit banyak….”
Tidak hanya masyarakat Garut, Gubernur Jawa Barat, Menteri Dalam Negeri, sampai Presiden pun menyampaikan kekesalannya pada sikap arogan dan ‘tidak tahu malu’ sang Bupati.


3.  BIKIN KACAU, KALAU PUNYA MALU, MUNDUR SAJALAH!
Kacau. Itulah kondisi sepakbola Indonesia saat ini. Tidak kunjung berprestasi, terancam sanksi dari FIFA, ulah tak tahu malu para petinggi…. dan sederet catatan memalukan lainnya.
Hingga batas yang diberikan oleh FIFA berakhir (10 Desember 2012), belum juga terlihat langkah positif yang diambil oleh mereka yang menyebut paling berhak mengurus sepakbola nasional (baik PSSI= Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia, maupun KPSI= Komite Penyelamat Sepakbola Indonesia).
Kedua belah pihak bahkan tetap merasa paling benar. Tanggal 10 Desember 2012, keduanya bahkan keukeuh menggelar konggres sesuai ego masing-masing, PSSI di Palangkaraya, dan KPSI di Jakarta.
Akibat dari sikap egois tersebut, sepakbola Indonesia hari-hari ini berada dalam bayang-bayang sanksi FIFA yang akan diputuskan di Tokyo, 14 Desember mendatang.
Sangat memalukan memang, hanya karena kedua belah pihak merasa paling benar, nasib sepakbola Indonesia (yang didalamnya bergantung para pemain, suporter, sponsor, sampai PKL) menjadi taruhan.
Untuk ‘mereka yang terus bertikai’, tidak adakah sedikit saja rasa bersalah karena tidak kunjung berprestasi? Jangankan berprestasi, mengatasi kekacauan saja tidak mampu? Kalau terus seperti ini… kalau masih punya rasa malu, mundur sajalah. ???


Tagged:

0 komentar:

Posting Komentar

Halaman Ibnu Shalih © 2013 | Powered by Blogger | Blogger Template by DesignCart.org