Untuk ukuran popularitas Percy Jackson (Rick Riordan) boleh saja kalah dengan Harry Potter (JK. Rowling). Tapi buat saya –dan ini barangkali subjektif- cara Rick Riordan membangun cerita jauh lebih keren dari pada JK. Rowling.
Sama-sama bergenre
fantasi dengan tokoh utama anak-anak –hingga remaja- dua serial ini
menceritakan dunianya masing-masing, Harry Potter dengan dunia sihir, sedangkan
Percy Jakcson menceritakan anak-anak setengah dewa –Masih ingat dengan Herkules
yang sempat tayang di televisi? Bukan. Bukan yang penyanyi dangdut.
Kembali ke Percy
Jackson. Sejak seri pertama (The Lightning Thief) saya langsung jatuh hati pada
serial ini. Mengutip apa yang ditulis oleh New York Times Book Review tentang
buku ini:
“Dikisahkan
dengan kecepatan sempurna, dengan momen-momen yang menyetrum dan saling
berkejaran laksana detak jantung.”
Saya pun sepakat dengan
penilaian itu. Rick Riordan, menurut saya, telah sukses ‘mengawinkan’ Mitologi
Yunani dengan cerita remaja –Amerika- masa kini -yang khas Hollywood.
BAGAIMANA
ORANG BARAT MEMANDANG MITOS?
Setiap bangsa pasti
memiliki cerita yang berkaitan dengan Mitologi. Indonesia misalnya. Negara kita
sesungguhnya memiliki cerita-cerita mitologi yang tak terhitung. Bahkan, setiap
daerah memiliki tokoh mitologi yang berbeda dengan daerah lain. Secara
turun-temurun, Orang Jawa mempercayai Nyi Roro Kidul sebagai penguasa Laut
Selatan (Segara Kidul) dengan segala cerita mistis yang menyertainya. Lebih ke
Barat, ada cerita-cerita tentang Prabu Siliwangi, Sungai Ciliwung dan
sebagainya. Ini baru di pulau Jawa, belum di pulau-pulau lain.
Mitologi. Di Indonesia
–yang berazas Pancasila: Ketuhanan Yang Maha Esa, topik ini sebenarnya
seringkali memunculkan perdebatan-perdebatan. Sebagian pihak merasa khawatir
akan kembali munculnya praktek-praktek syirik, seperti yang biasa terjadi di
masa lalu: cenayang, aji-aji, sesajen, dsb. Tapi ada juga yang menganggap
cerita-cerita legenda itu sebagai kekayaan bangsa yang harus dijaga.
Berbeda dengan di
negara-negara Barat, yang mengagungkan kebebesan individu –termasuk kebebasan
untuk tidak beragama dan ber-Tuhan. Selama tidak merugikan orang lain, apa pun
halal hukumnya.
Sampai saat ini,
mayoritas Orang Barat menjadi penganut Nasrani (Kristen), di samping agama lain
–termasuk Islam yang dibawa oleh para imigran- dan orang-orang yang tidak
beragama.
Berbeda dengan Orang
Jawa yang mengangap Nyi Roro Kidul sebagai tokoh sakral yang ‘ditakuti’
–sehingga harus diberi sesajen- The West
menganggap tokoh-tokoh dalam mitologi mereka ‘sederajat’ dengan karakter
super-hero yang diciptakan oleh para pencerita modern (Supermen, Batman,
Spiderman).
Hal inilah yang
kemudian membuat Rick Riordan sukses ‘membangunkan’ dewa-dewi Yunani menjadi
figur-figur yang jauh lebih keren. Namun di sisi lain, hal ini juga menciptakan
beberapa kekonyolsn dalam cerita yang ditulisnya.
Ini di antaranya:
MITOLOGI
BARAT BERHASIL DITULIS ULANG DENGAN LEBIH MODERN.
Dengan latar belakang cerita
remaja modern, dasar-dasar mitologi Yunani berhasil diceritakan dengan baik.
Tentang dua belas dewa-dewi bangsa Olympia, sejarahnya, serta peran
masing-masing dewa-dewi terhadap alam –terutama Peradaban Barat.
MEMPROMOSIKAN
BARAT/AMERIKA SEBAGAI PUSAT PERADABAN DUNIA.
Gunung Olympus yang
menjadi kediaman para dewa-dewi penguasa dunia, oleh Riordan diklaim berada di
atas Empire State Building, Amerika, yang sekaligus menjadi penanda bahwa
Amerika-lah pusat peradaban dunia. Bah!
Alangkah arogannya!
DEWA-DEWI
BERADA DI BAWAH KUASA TUHAN DAN BISA LENYAP.
Ternyata, para
dewa-dewi Olympia yang abadi dan berkuasa itu hanya semacam simbol dari setiap
unsur yang ada di alam (Zeus simbol langit, Poseidon: laut, Hades: alam kubur,
Apollo: matahari, Hermes: penyampai pesan, dsb…. seperti para malaikat dalam Islam, kali ya?)
Menurut Riordan, walaupun
para dewa-dewi Olympia memegang keabadian, tapi suatu saat nanti juga bisa
lenyap, jika Peradaban Barat lenyap. Membingungkan,
nggak sih?
Lalu, siapakah Tuhan bangsa
Olympia? Dan apa peran Tuhan dalam hidup manusia? Ternyata, hanya Tuhan dan penulis
sendirilah yang tahu.
DEWA-DEWI
BISA TAMPIL MODERN DAN KEREN.
Karena mengikuti
peradaban Barat yang terus berkembang, dewa-dewi Olympia juga selalu tampil
trendy, memakai baju-baju terkini, juga mengendarai kendaraan tercanggih.
Bandingkan dengan karakter mitologi kita! Wewe Gombel, misalnya…. (Wewe Gombel,
termasuk mitologi, bukan?) Dari zaman dulu sampai kiamat nanti, sosok lelembut
yang suka menculik anak-anak ini, seperti tidak pernah berubah: serem, nggak
ada modis-modisnya.
DEWA-DEWI
JUGA PERLU MAKAN, MINUM…. DAN KAWIN.
Aneh, ya? Tapi,
begitulah yang ditulis oleh Riordan. Diceritakan bahwa dewa-dewi Olympia juga
perlu makan, minum, tidur…. dan kawin. Karena berlatar kehidupan Barat, para
dewa-dewi ‘yang mulia’ itu tidak harus menikah secara resmi –tidak perlu datang
ke catatan sipil, apalagi penghulu. Selingkuh juga bukan sesuatu yang tabu,
lho! Buktinya, Ares (dewa perang) digambarkan suka berselingkuh dengan
Aphrodite (dewi cinta) yang sudah bersuamikan Hephaestus.
Pernah dengar istilah
Manusia Setengah Dewa? Herkules adalah salah satu manusia setengah dewa yang
paling terkenal. Dikisahkan, Zeus adalah ayah Herkules dengan seorang ibu dari
bangsa manusia. Padahal, Zeus sudah menikah dengan Hera (dewi pernikahan).
Inilah yang membuat Hera berkali-kali mencoba membunuh Herkules.
Nah, kalau selama ini
Orang Barat selalu menentang praktek poligami, ternyata hal itu tidak berlaku
buat para dewa-dewi. Mungkin, karena mereka berkuasa, jadi sah-sah saja kalau
mau berpoligami.
Dewa-dewi Olympia
ternyata boleh menikah berkali-kali, dengan siapa saja termasuk dengan bangsa
non-Olympia. Parahnya, ada dewa yang hobinya mengawini monster dan hantu
–mengerikan, ya? Dari hasil perkawinan dewa-dewi dengan manusia, lahirlah
anak-anak blasteran (manusia setengah dewa). Sedangkan dari hasil persilangan
dewa-monster/hantu, lahirlah bangsa Cyplops (si mata satu yang kebal api)
PROSES
PENCIPTAAN DAN KELAHIRAN YANG ABSURD.
Dalam Islam, dikisahkan
bahwa Nabi Isa as, dilahirkan tanpa seorang ayah (tanpa proses kawin). Banyak
yang menganggap hal ini tidak masuk akal. Namun, Alqur’an menegaskan,
penciptaan seperti ini mudah saja bagi Allah Swt, seperti saat Allah Swt.
menciptakan Adam as. Manusia pertama yang tidak mempunyai orang tua.
Jika Isa as. dilahirkan
oleh Maryam dengan proses yang alami, tidak demikian dengan tokoh penting ini.
Athena (dewi
kebijaksanaan) ternyata lahir tanpa ibu. Alkisah, Athena tiba-tiba mencuat
keluar dari kepala Zeus, Bum!
Seterusnya, anak-anak Athena –Si Athena ini dewi perawan, jadi tidak boleh
kawin- juga bermunculan seperti sang ibu. Masuk
akal kah?
JADI….
Ø Sekeren
apa pun Mitologi Yunani, ternyata tidak lepas dari hal-hal konyol dan tidak
masuk akal.
Ø Sesederhana
–atau dalam bahasa kasar, sehancur- apa pun tokoh-tokoh Mitologi Kita (Mak
Lampir, Nini Pelet) inilah peninggalan nenek moyang bangsa kita.
Ø Sekali
lagi! Mitologi…. Silakan didiskusikan –atau diperdebatkan! Tapi, jangan sampai
menjadi sebab perpecahan.
Ø Yang
terakhir! Suka/percaya dengan kekuatan-kekuatan alam (Mitologi) barangkali
merupakan sifat yang manusiawi. Tapi keyakinan pada Tuhan tetap harus menjadi
yang paling utama.