Kamis, 25 April 2013







Untuk ukuran popularitas Percy Jackson (Rick Riordan) boleh saja kalah dengan Harry Potter (JK. Rowling). Tapi buat saya –dan ini barangkali subjektif- cara Rick Riordan membangun cerita jauh lebih keren dari pada JK. Rowling.
Sama-sama bergenre fantasi dengan tokoh utama anak-anak –hingga remaja- dua serial ini menceritakan dunianya masing-masing, Harry Potter dengan dunia sihir, sedangkan Percy Jakcson menceritakan anak-anak setengah dewa –Masih ingat dengan Herkules yang sempat tayang di televisi? Bukan. Bukan yang penyanyi dangdut.
Kembali ke Percy Jackson. Sejak seri pertama (The Lightning Thief) saya langsung jatuh hati pada serial ini. Mengutip apa yang ditulis oleh New York Times Book Review tentang buku ini:
“Dikisahkan dengan kecepatan sempurna, dengan momen-momen yang menyetrum dan saling berkejaran laksana detak jantung.”
Saya pun sepakat dengan penilaian itu. Rick Riordan, menurut saya, telah sukses ‘mengawinkan’ Mitologi Yunani dengan cerita remaja –Amerika- masa kini -yang khas Hollywood.

BAGAIMANA ORANG BARAT MEMANDANG MITOS?
Setiap bangsa pasti memiliki cerita yang berkaitan dengan Mitologi. Indonesia misalnya. Negara kita sesungguhnya memiliki cerita-cerita mitologi yang tak terhitung. Bahkan, setiap daerah memiliki tokoh mitologi yang berbeda dengan daerah lain. Secara turun-temurun, Orang Jawa mempercayai Nyi Roro Kidul sebagai penguasa Laut Selatan (Segara Kidul) dengan segala cerita mistis yang menyertainya. Lebih ke Barat, ada cerita-cerita tentang Prabu Siliwangi, Sungai Ciliwung dan sebagainya. Ini baru di pulau Jawa, belum di pulau-pulau lain.
Mitologi. Di Indonesia –yang berazas Pancasila: Ketuhanan Yang Maha Esa, topik ini sebenarnya seringkali memunculkan perdebatan-perdebatan. Sebagian pihak merasa khawatir akan kembali munculnya praktek-praktek syirik, seperti yang biasa terjadi di masa lalu: cenayang, aji-aji, sesajen, dsb. Tapi ada juga yang menganggap cerita-cerita legenda itu sebagai kekayaan bangsa yang harus dijaga.
Berbeda dengan di negara-negara Barat, yang mengagungkan kebebesan individu –termasuk kebebasan untuk tidak beragama dan ber-Tuhan. Selama tidak merugikan orang lain, apa pun halal hukumnya.
Sampai saat ini, mayoritas Orang Barat menjadi penganut Nasrani (Kristen), di samping agama lain –termasuk Islam yang dibawa oleh para imigran- dan orang-orang yang tidak beragama.
Berbeda dengan Orang Jawa yang mengangap Nyi Roro Kidul sebagai tokoh sakral yang ‘ditakuti’ –sehingga harus diberi sesajen- The West menganggap tokoh-tokoh dalam mitologi mereka ‘sederajat’ dengan karakter super-hero yang diciptakan oleh para pencerita modern (Supermen, Batman, Spiderman).
Hal inilah yang kemudian membuat Rick Riordan sukses ‘membangunkan’ dewa-dewi Yunani menjadi figur-figur yang jauh lebih keren. Namun di sisi lain, hal ini juga menciptakan beberapa kekonyolsn dalam cerita yang ditulisnya.
Ini di antaranya:

MITOLOGI BARAT BERHASIL DITULIS ULANG DENGAN LEBIH MODERN. 
Dengan latar belakang cerita remaja modern, dasar-dasar mitologi Yunani berhasil diceritakan dengan baik. Tentang dua belas dewa-dewi bangsa Olympia, sejarahnya, serta peran masing-masing dewa-dewi terhadap alam –terutama Peradaban Barat.
MEMPROMOSIKAN BARAT/AMERIKA SEBAGAI PUSAT PERADABAN DUNIA. 
Gunung Olympus yang menjadi kediaman para dewa-dewi penguasa dunia, oleh Riordan diklaim berada di atas Empire State Building, Amerika, yang sekaligus menjadi penanda bahwa Amerika-lah pusat peradaban dunia. Bah! Alangkah arogannya!
DEWA-DEWI BERADA DI BAWAH KUASA TUHAN DAN BISA LENYAP.
Ternyata, para dewa-dewi Olympia yang abadi dan berkuasa itu hanya semacam simbol dari setiap unsur yang ada di alam (Zeus simbol langit, Poseidon: laut, Hades: alam kubur, Apollo: matahari, Hermes: penyampai pesan, dsb…. seperti para malaikat dalam Islam, kali ya?)
Menurut Riordan, walaupun para dewa-dewi Olympia memegang keabadian, tapi suatu saat nanti juga bisa lenyap, jika Peradaban Barat lenyap. Membingungkan, nggak sih?
Lalu, siapakah Tuhan bangsa Olympia? Dan apa peran Tuhan dalam hidup manusia? Ternyata, hanya Tuhan dan penulis sendirilah yang tahu.
DEWA-DEWI BISA TAMPIL MODERN DAN KEREN.
Karena mengikuti peradaban Barat yang terus berkembang, dewa-dewi Olympia juga selalu tampil trendy, memakai baju-baju terkini, juga mengendarai kendaraan tercanggih. Bandingkan dengan karakter mitologi kita! Wewe Gombel, misalnya…. (Wewe Gombel, termasuk mitologi, bukan?) Dari zaman dulu sampai kiamat nanti, sosok lelembut yang suka menculik anak-anak ini, seperti tidak pernah berubah: serem, nggak ada modis-modisnya.
DEWA-DEWI JUGA PERLU MAKAN, MINUM…. DAN KAWIN.
Aneh, ya? Tapi, begitulah yang ditulis oleh Riordan. Diceritakan bahwa dewa-dewi Olympia juga perlu makan, minum, tidur…. dan kawin. Karena berlatar kehidupan Barat, para dewa-dewi ‘yang mulia’ itu tidak harus menikah secara resmi –tidak perlu datang ke catatan sipil, apalagi penghulu. Selingkuh juga bukan sesuatu yang tabu, lho! Buktinya, Ares (dewa perang) digambarkan suka berselingkuh dengan Aphrodite (dewi cinta) yang sudah bersuamikan Hephaestus.
Pernah dengar istilah Manusia Setengah Dewa? Herkules adalah salah satu manusia setengah dewa yang paling terkenal. Dikisahkan, Zeus adalah ayah Herkules dengan seorang ibu dari bangsa manusia. Padahal, Zeus sudah menikah dengan Hera (dewi pernikahan). Inilah yang membuat Hera berkali-kali mencoba membunuh Herkules.
Nah, kalau selama ini Orang Barat selalu menentang praktek poligami, ternyata hal itu tidak berlaku buat para dewa-dewi. Mungkin, karena mereka berkuasa, jadi sah-sah saja kalau mau berpoligami.
Dewa-dewi Olympia ternyata boleh menikah berkali-kali, dengan siapa saja termasuk dengan bangsa non-Olympia. Parahnya, ada dewa yang hobinya mengawini monster dan hantu –mengerikan, ya? Dari hasil perkawinan dewa-dewi dengan manusia, lahirlah anak-anak blasteran (manusia setengah dewa). Sedangkan dari hasil persilangan dewa-monster/hantu, lahirlah bangsa Cyplops (si mata satu yang kebal api)
PROSES PENCIPTAAN DAN KELAHIRAN YANG ABSURD.
Dalam Islam, dikisahkan bahwa Nabi Isa as, dilahirkan tanpa seorang ayah (tanpa proses kawin). Banyak yang menganggap hal ini tidak masuk akal. Namun, Alqur’an menegaskan, penciptaan seperti ini mudah saja bagi Allah Swt, seperti saat Allah Swt. menciptakan Adam as. Manusia pertama yang tidak mempunyai orang tua.
Jika Isa as. dilahirkan oleh Maryam dengan proses yang alami, tidak demikian dengan tokoh penting ini.
Athena (dewi kebijaksanaan) ternyata lahir tanpa ibu. Alkisah, Athena tiba-tiba mencuat keluar dari kepala Zeus, Bum! Seterusnya, anak-anak Athena –Si Athena ini dewi perawan, jadi tidak boleh kawin- juga bermunculan seperti sang ibu. Masuk akal kah?

JADI….
Ø  Sekeren apa pun Mitologi Yunani, ternyata tidak lepas dari hal-hal konyol dan tidak masuk akal.
Ø  Sesederhana –atau dalam bahasa kasar, sehancur- apa pun tokoh-tokoh Mitologi Kita (Mak Lampir, Nini Pelet) inilah peninggalan nenek moyang bangsa kita.
Ø  Sekali lagi! Mitologi…. Silakan didiskusikan –atau diperdebatkan! Tapi, jangan sampai menjadi sebab perpecahan.
Ø  Yang terakhir! Suka/percaya dengan kekuatan-kekuatan alam (Mitologi) barangkali merupakan sifat yang manusiawi. Tapi keyakinan pada Tuhan tetap harus menjadi yang paling utama.



Halaman Ibnu Shalih © 2013 | Powered by Blogger | Blogger Template by DesignCart.org